24 tahun perjalanan ke Bromo
Pertama kali ke kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger- Semeru pada tahun 1994. Kala itu masih belum banyak wisatawan maupun fotografer yang berkunjung ke sana. Hingga tahun 2013, setiap tahun saya ke sana. Puncaknya pada tahun 2000, dalam setahun 5 kali melakukan perjananan ke Bromo, pada tahun tersebut terjadi erupsi, hujan debu melanda Bromo sekitarnya. Pada tahun tersebut pula pertama kali saya memotret upacara Karo, yang kalah terkenal dibanding upacara Kasada. Hingga 2013, saya selalu memotret upacara Karo yang pada waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Bromo sekarang telah berubah, banyak homestay, hartop sewaan pun semakin banyak. Begitu pula sepeda motor semakin banyak. Sehingga memudahkan masyarakat Tengger pergi dan membawa hasil panennya. Spot-spot untuk melihat sunrise pun semakin banyak dikenal. Dulu spot Seruni tidak banyak diketahui wisatawan, tetapi sekarang semakin ramai. Justru pertama kali kali saya memotret di Bromo malah diantar oleh pengemudi hartop ke lokasi ini, waktu itu hanya membayar Rp.15.000, sekarang Rp.100.000 per orang. Sebenarnya ada spot yang dekat dengan lokasi hotel maupun homestay, spot Mentigen. dapat dijangkau dengan berjalan kaki atau naik ojek ( Rp.15000, sekali jalan).
Menurut saya spot Seruni lebih menarik daripada Penanjakan 1, makanya saya selalu mengajak teman-teman ke lokasi ini. Bromo terasa lebih dekat, dapat melihat desa Ngadisari lebih dekat juga. Selain itu, apabila kita pulang dengan berjalankaki menuju Cemoro Lawang , kita akan mendapatkan spot-spot menarik, baik gunung Bromo atau lanskap lading-ladang petani dengan latarbelakang bukit-bukit yang mengelilingi kawasan Bromo-Tengger-Semeru.
Wisatawan yang ke Bromo hanya mengenal atau diperkenalkan tentang sensasi sunrise Bromo saja. Padahal kawasan ini memiliki keindahan lainnya, kita dapat melihat kehidupan masyarakat Tengger yang merupakan satu-satunya pemeluk agama Hindu Jawa terbesar. Selain itu, dapat pula masuk ke desa-desa yang ada di sekitar kawasan Bromo. Bahkan di desa Jetak, dekat Ngadisari, terdapat pasar yang menarik untuk dilihat dan didokumentasikan.
Karena masyarakat Tengger yang mayoritas memeluk agama Hindu Jawa, maka ada 2 upacara besar yaitu Kasada dan Karo. Ada pula upacara Unan-Unan yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali, tepat tahun ini akan dilaksanakan pada akhir bulan November.
Selamat berkunjung ke negeri di atas awan, Bromo dan bertemu dengan Masyarakat Tengger